5
Tokoh Autodidak Sejati yang Sukses Mengubah Nasib Menjadi Orang Besar.
Apakah gagal melanjutkan sekolah menjauhkan kita dari sukses?
Tokoh-tokoh berikut ini membuktikan bahwa belajar tak selalu harus di
sekolah. Bahkan ketika sekolahnya gagal diselesaikan, mereka bisa
belajar sendiri dari kehidupan yang dihadapinya dan meraih sukses luar
biasa. Berikut ini mereka yang sukses luar biasa mengubah nasib dengan
belajar secara autodidak alias gak makan bangku sekolahan.
1. Agatha Christie (1890 – 1976) Belajarnya Cuma di Rumah
Agatha
Christie adalah penulis asal Inggris yang dikenal sebagai Master of The
Mystery Novel atau Queen of Crime. Novel bergenre misterinya begitu
terkenal ke seluruh dunia. Ia menulis 80-an novel. Sebanyak 30-an
novelnya sudah diadaptasi ke dalam film.
Di
manakah ia belajar hingga menjadi penulis yang begitu produktif?
Ternyata Agatha hanya belajar di rumah. Sebenarnya di keluarganya, ia
punya dua kakak yang kebetulan mendapat kesempatan sekolah formal.
Sedangkan untuk Agatha, ibunya memilih untuk mengajari sendiri di rumah.
Saat usia putrinya menginjak 8 tahun, sang ibu baru mendatangkan tutor
ke rumah.
Ketika Perang Dunia I bergolak, Agatha bekerja menjadi perawat. Saat itu usianya baru belasan.
Kemudian
ia bekerja di apotek rumah sakit yang banyak mengilhami cerita soal
racun dalam novel-novelnya di kemudian hari. Novel pertamanya lahir
setelah kakaknya, Madge, memberinya tantangan, apakah ia bisa menulis
novel. Tantangan itu ia jawab dengan novel pertamanya berjudul “The
Mysterious Affair at Styles” (Misteri di Styles). Dari sanalah ia meniti
karier sebagai novelis.
2. Frederick Douglass (1818 – 1895): Budak yang Belajar Autodidak
Frederick
adalah seorang budak asal Amerika Serikat, yang dilarang sekolah. Meski
begitu ia pantang menyerah untuk belajar. Ia mulai dengan belajar
membaca dari seorang aktivis gerakan pembebasan perbudakan. Ia belajar
dari apa pun yang bisa ia baca.
Untuk
memperkaya ilmunya, Frederick selalu mencari kesempatan untuk berbicara
dengan orang-orang yang pengetahuannya lebih tinggi darinya. Terbukti
belajarnya efektif, karena setelah bebas sebagai budak ia menjadi
penulis hebat, orator ulung, dan pemimpin gerakan pembebasan perbudakan
3. Lawrence Ellison (66 tahun): Membangun Oracle karena Terinspirasi sebuah Paper
Lawrence
(Larry) Ellison adalah pendiri Oracle, perusahaan pembuat software
terbesar kedua dunia saat ini. Seperti pengusaha di bidang teknologi
informasi lainnya yang kebanyakan drop-out perguruan tinggi, Larry pun
demikian. Ia keluar dari University of Illinois pada tahun keduanya
kuliah. Setelah itu ia membangun kariernya sebagai ahli data system. Ia
tertarik mendirikan Oracle pada tahun 1977 setelah terinspirasi dari
paper karya Edgar F. Codd mengenai database system berjudul “Relational
Model of Data for Large Shared Data Banks.”
4. Peter Jennings (1938 – 2005): Presenter Terkenal yang Tak Lulus SMA
Presenter
terkenal ABC News ini sebenarnya tak lulus SMA. Jennings memulai
kariernya sejak usia 9 tahun. Saat itu ia menjadi penyiar radio
anak-anak di Kanada. Ayahnya yang juga penyiar radio CBC dan sedang
bertugas di luar negeri berang ketika tahu anaknya jadi penyiar radio di
tempatnya bekerja. Ayahnya memang tak menyukai nepotisme. Kegiatan jadi
penyiaran ciliknya tak lama. Peter lebih konsentrasi sekolah. Namun
sekolahnya tak mulus. Malah ia sempat tak naik ke kelas 10. Menurut
pengakuannya ia bosan belajar saat itu. SMA-nya pun tak tamat.
Ia
sebenarnya ingin sekali menjadi penyiar seperti ayahnya. Namun
kesempatan itu tak mudah ia dapat. Ia lebih dulu bekerja di bank dan
sempat aktif di teater setempat. Baru pada usia 21 tahun ia bisa meraih
impiannya menjadi penyiar radio. Setelah itu kariernya terus menanjak
dengan semangat autodidaknya yang tinggi hingga kemudian menjadi
wartawan dan penyiar televisi kenamaan AS.
5. Anthony Robbins (50 tahun): Bekerja Sambil Belajar dari Pembicara Ternama
Ia
hanya tamat SMA dan memulai kariernya dengan cara mempromosikan seminar
yang diadakan Jim Rohn. Saat itu usianya baru 18 tahun. Ia memanfaatkan
kedekatan dengan Jim Rohn untuk belajar “happiness and success life“.
Tak heran jika ia tak segan menyebut Jim Rohn sebagai mentor pertamanya.
Pada usia 22 tahun, Anthony Robbins mulai belajar Neuro-Linguistic
Programming (NLP) secara informal dari penciptanya, John Grinder.
Setelah belajar dari tokoh lain yang juga secara informal, Robbins
akhirnya bisa mengembangkan ilmu NLP menjadi ilmu baru yang disebutnya
Neuro-Associative Conditioning (NAC).
0 komentar:
Posting Komentar